Tarjamah
FOTO
Kamis, 17 Juli 2014
Donor Darah Ramadhan 1435 H di Masjid Gedhe
Senin, 15 Desember 2008
Kamis, 11 Desember 2008
Aktifitas di Muhammadiyah

Lahir dari rahim dan lingkungan Muhammadiyah artinya di RS PKU Muhammadiyah.
Tahun 1961 jadi siswa TK ABA Kauman
Tahun 1963 masuk siswa SD Muhammadiyah Ngupasan
Jadi santri Pengajian Anak-anak Tarbiyatul Atfal Pemuda Muhammadiyah Kauman dan setiap Ramadhan ikut Tarwihan di Pemuda Muhammadiyah Kauman
1970 masuk SMP Muhammadiyah 1 Purwodingratan, ikut IPM ranting meski hanya sebagai anggota, sempat ikut beberapa kegiatan IRM al. Raker IPM Kota Yogyakarta di Madrasah Mu'allimin pada periode Alfian Darmawan

Tahun 1982-1985 ikut bantu di Biro Organisasi dan Kader PP Muhammadiyah, dengan ketua pak Djazman Al Kindi.
Pasca muktamar Pemuda Muhammadiyah 1985 di Surakarta, ikut MusyWil Pemuda Muhammadiyah tahun 1986 di Bantul dan masuk jadi anggota Departemen Kader PPMW DIY dengan Ketua PPMW, Moh Arjani. Pada resufle tahun 1988 terpilih sebagai Ketua Departemen Kader. Pada Musy Wil Pem Muh tahun 1990 terpilih pada urutan ke tiga dan dapat jabatan Sekretaris Umum Pim Wil Pemuda Muhammadiyah DIY. Pada periode tersebut Pemuda Muhammadiyah DIY menuyatakan "tidak mengakui" kepemimpinan PP Pemuda Muhammadiyah dengan ketua Drs. Din Syamsuddin, MA sebagai kelanjutan dari kisruh Muktamar Pemuda Muhammadiyah Palembang tahun 1989. Jelang Mukatamar Pemuda Muhammadiyah Bandung tahun 1993, PW Pemuda Muhammadiyah mengambil sikap menerima kepemimpinan PP Muhammadiyah Din Samsuddin, semua demi kelangsungan aktivitas Pemuda Muhammadiyah di DIY. Sehingga
Pada periode yang sama (1990-1995) dapat amanah juga sebagai anggota BPK PWM DIY
Rabu, 10 Desember 2008
PROFILKU

Mengenai Saya
Budi Setiawan, lahir di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta 21 April 1957 bertepatan 21 Ramadhan dari ayah H. Haiban Hajid dan ibu Jamharoh. Pendidikan ditempuh sejak
SD Muhammadiyah Ngupasan,
SMP Muhammadiyah 1
STM Pembangunan Jur Kimia (1976).
Tahun 1998 melanjutkan tugas belajar di Progam D-3, Pendidikan Ahli Teknik Nuklir BATAN Yogyakarta Jurusan Teknokimia Nuklir, selesai 2002. Kemudian melanjutkan program S-1 Teknik Kimia di Univ Ahmad Dahlan Yogyakarta selesai 2004. Pekerjaan, diawali sebagai teknisi dan analis pada PT First Indonesian Detergent Company (Findeco) Jakarta pada 1977-1978. Tahun 1980 masuk sebagai Capeg/PNS di BATAN Yogyakarta. Jabatan Fungsional Paranata Nuklir Muda. Keluarga, anak ke 5 dari pasangan Haiban Hajid dan Jamharoh, mempunyai saudara
1. Ismiyatun
2. Latifah Hanim
3. Tuti Wahyuti
4. Darmawan Budianto
5. Listiyati Budi Utami
6. Rini Hastuti
Menikah tahun 1981 dengan Sumarni anak ke 2 dari Tjokro Sunaryo-Sarmi. Pada 10 juni 1982 berputra Dini Istiana, kemudian Arfiani Nur Khusna (26 Januari 1985), Widitra Maulida (31 Oktober 1988), Ahmad Zaki Annafiri (19 Juli 1992). Cucu dari anak pertama lahir Hasna Naqiya Mujahida dan Hamzah Zulfikar
Mengapa BEREBUT DAN BERDESAK


Masih melekat dalam ingatan kita jatuhnya kurban jiwa pada tahun 1990, ketika ribuan jamaah haji jadi kurban di terowongan Mina. Demikian juga terjadi pada tahun-tahun berikutnya meskipun jumlah kurban jiwa bisa ditekan. Yang masih segar adalah kurban berebut zakat di Ramadhan 1429 H.
Hari-hari ini semua mass media memberitakan ricuhnya pembagian daging kurban dan jatuhnya kurban pingsan di berbagai kota akibat berdesakan untuk berebut daging kurban.
Menimbulkan pertanyaan bagi kita semua, mengapa hal yang tidak inginkan ini terus terjadi, bahkan untuk tahun ini pemberitaan tersebut meningkat.
Siapa yang salah.....:
- masyarakat yang berebut
- jatah yang kurang
- sistem pembagian yang kurang bagus
Tentu semua pihak tidak menginginkan hal itu terjadi, tetapi hal itu selalu terjadi. Alhamdulillah untuk jamaah haji, tahun ini terbilang tertib, karena Pemerintah Arab Saudi telah menambah fasilitas dan petugas untuk mengatur jutaan jamaah haji.
Ada satu hal yang menarik kalau kita urai kasus tersebut. Untuk jamaah haji, ada satu kesan, jamaah saling berebut cepat adalah karena ingin segera selesai melunasi semua kewajiban. Sehingga merasa telah "lepas beban" kalo telah menunaikan kewajiban, seperti lempar jumroh. Keinginan segera "lepas beban" menjadikan sebagian jama'ah tergesa melaksanakan. Bahkan ketika belum sampai tempat yang memungkinkan untuk melempar, ada jamaah yang asal lempar. Padahal untuk mencapai bibir lingkaran bibir jamarat tidak terlalu sukar.
Penjelasan yang bisa difahami tentang makna ibadah perlu lebih disampaikan kepada para calon jamaah. Serta faktor ketertiban dan kedisiplinan dalam makna ibadah.
Jangan malah sampai jamaah merasa takut dan gelisah dalam beribadah.
Kasus antrean yang ricuh baik zakat maupun daging kurban, harus segera diatasi. Sistem pendistribusian yang baik, dengan melibatkan takmir masjid maupun kepantiaan yang tersistem harus segera dilaksanakan. OLrganisasi masyarakat, takmir masjid dan elemen lain perlu berkoordinasi, dengan satu tekad "Tidak ada lagi kericuhan dalam pembagian zakat dan daging korban"